Sahabat yang budiman! Pengawasan pendidikan pada sekolah efektif menjadi hal yang sangat menentukan dalam menjaga citra dan kualitas pendidikan di sekolah tersebut agar konsisten dalam menjalankan semua program dan kegiatan yang mengarah pada terwujudnya visi dan misi sekolah efektif tersebut. Pengawasan dalam hal ini bukan hanya sebagai bentuk supervisi dan evaluasi tetapi juga sebagai alat kontrol dalam menjaga mutu pendidikan pada sekolah efektif tersebut.
Ada tiga kata kunci yang harus kita pahami sebelum kita membahas masalah pengawasan pendidikan pada sekolah efektif. Kata kata kunci tersebut adalah sekolah, efektif dan pengawasan. Kata sekolah berasal dari bahasa latin skhole, scola, scolae atau schola yang mempunyai arti waktu luang atau waktu senggang.Hal ini diperkuat oleh Krishnamurti (dalam Pora, 2004: 16) mengatakan bahwa arti senggang mempunyai maksud waktu yang tidak terbatas bagi seseorang dalam belajar baik sains, sejarah, matematik ataupun tentang dirinya. Dari definisi pakar tersebut dapat disimpulkan bahwa, sekolah adalah lembaga yang dirancang dalam rangka penyelenggaraan proses belajar mengajar untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kepada peserta didik yang telah mempunyai aturan, kurikulum dan kelengkapan lainnya.
Sahabat yang budiman! Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kata efektif berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya); manjur atau mujarab; dapat membawa hasil; berhasil guna; mulai berlaku. Sehingga efektif dapat didefinisikan suatu pencapaian tujuan yang dilakukan secara tepat dengan cara-cara yang telah ditentukan.Keberhasilan sebuah sekolah biasanya ditentukan oleh sejauhmana tujuan pendidikan itu dapat tercapai pada periode tertentu sesuai dengan lamanya pendidikan yang berlangsung di sekolah.
Sementara, kata pengawasan secara etimologi merupakan istilah bahasa Inggris yaitu Supervision, terdiri dari dua kata, yaitu super dan vision, yang berarti melihat dari atas ke bawah dengan teliti pekerjaan secara keseluruhan. Sedangkan orang yang melakukan kegiatan supervisi tersebut, dikenal dengan supervisor/pengawas. Sekedar gambaran di bawah ini dikutipkan dari beberapa pengertian supervisi yang dirumuskan oleh para pakar, antara lain: Baharuddin harahap dalam bukunya Supervisi Pendidikan, menyatakan: Supervisi ialah kegiatan yang dijalankan terhadap orang yang menimbulkan atau yang potensial menimbulkan komunikasi dua arah (Harahap, 1983: 14).
Sahabat yang budiman! Ngalim Purwanto (1979), dalam bukunya Administrasi Pendidikan, menyatakan: Supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif (Ngalim, 1979: 26). Hendiyat Soetopo, Wasty Soemanto, (1988: 57) mengatakan bahwa istilah supervisi secara umum, berarti mengamati, mengawasi atau membimbing dan menstimulasi kegiatan-kegiatan orang lain dengan maksud untuk perbaikan. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat dikemukakan secara sederhana bahwa supervisi pada dasarnya upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran di sekolah. Program pengajaran dengan ditunjang oleh unsur-unsur lain seperti guru, sarana prasarana, kurikulum, sistem pengajaran dan penilainan.
Supervisor bertugas dan bertanggung jawab memperhatikan perkembangan unsur-unsur tersebut secara berkelanjutan. Dewasa ini boleh dikatakan bahwa masyarakat semakin merindukan keberadaan sekolah yang benar-benar memiliki kinerja tinggi, mampu mengembangkan kemampuan anak berprestasi tinggi, dan berkepribadian baik, di dalamnya para guru dan pegawai bekerja dengan senang hati dan memiliki kepuasan kerja. Inikah sekolah yang disebut efektif? Sekolah efektif atau sekolah unggulan (excellent School) berada dalam lapangan manajemen sekolah. Djam’an Satori (2000), dalam Nur (2011) mengemukakan bahwa “sekolah efektif dalam perspektif manajemen, merupakan proses pemanfaatan seluruh sumber daya sekolah yang dilakukan melalui tindakan yang rasional dan sistematik (mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan tindakan, dan pengendalian) untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien”.
Sahabat yang budiman! Bagaimana untuk menjadi sekolah efektif? Tentunya terdapat banyak faktor yang berkontribusi untuk mencapai sekolah yang efektif. Serta perlu mengetahui bagaimana karakteristik sekolah yang efektif tersebut. Untuk itu, dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai seperti apa sebenarnya sekolah yang efektif itu, mulai dari cara membandingkan sekolah efektif dengan yang tidak efektif, hingga kriteria sekolah efektif. Sehingga, dapat mengetahui dan memahami betul sekolah efektif.
Sahabat yang budiman! Ada beberapa pertanyaan menarik seputar sekolah efektif. pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:
1.Bagaimana membandingkan sekolah efektif dengan sekolah tidak efektif?
2.Apa kaitan tingkat sosial ekonomi dengan efektivitas?
3.Bagaimana sebagian besar penelitian yang berada di sekolah dasar?
4.Bagaimana melakukan satu atau dua nilai penyetaraan sekolah?
5.Bagaiamana hubungan sebab akibat?
6.Bagaimana mengidentifikasi tidak efektivitas sama dengan menciptakan efektivitas?
7.Apa perbedaan antara subkelompok mahasiswa?
8.Apa saja ukuran efek sekolah?
9.Apakah tidak ada satu pun formula untuk efektivitas?
10.Bagaimana potret dari sebuah sekolah efektif?
11.Apa saja tambahan karakteristik sekolah efektif?
12.Apa peran pengawas dalam memfasilitasi sekolah menuju sekolah yang efektif?
Sahabat yang budiman! Pembahasan sekolah efektif bertujuan untuk:
1.Membandingkan sekolah efektif dengan sekolah tidak efektif.
2.Mengetahui pengaruh tingkat sosial ekonomi dan efektivitas.
3.Mengetahui sebagian besar penelitian yang berada di sekolah dasar.
4.Mengetahui cara melakukan satu atau dua nilai penyetaraan sekolah.
5.Mengetahui hubungan sebab akibat.
6.Mengetahui identifikasi ektivitas tidak sama dengan menciptakan efektivitas.
7.Mengetahi perbedaan antara sub kelompok mahasiswa.
8.Mengetahui ukuran efek sekolah.
9.Mengetahui tidak ada satu pun formula untuk efektivitas.
10.Mengetahui potret dari sebuah sekolah efektif.
11.Mengetahui tambahan karakteristik sekolah efektif.
12.Mengetahui peran pengawas sekolah dalam memfasilitasi sekolah menuju sekolah efektif.
Sahabat yang budiman! Poin-poin utama dalam pembahasan pengawasan pendidikan pada sekolah efektif adalah sebagai berikut:
2.1 Membandingkan Sekolah Efektif dengan Sekolah Tidak Efektif
Banyak studi tentang sekolah yang efektif telah mengambil pendekatan komparatif. Mereka mengidentifikasi sekolah yang cocok pada SES, terutama yang sangat efektif dan tidak efektif, dan kemudian mencari karakteristik yang mungkin menjelaskan perbedaan diantara keduanya.
Klitgaard dan Hall (1974) dan Purkey dan Smith (1983) berpendapat bahwa akan lebih logis membandingkan kedua sekolah yang efektif dan tidak efektif menggunakan rata-rata sekolah. Kepentingan kita adalah menemukan apa karakteristik yang membuat sekolah tertentu lebih baik, atau lebih buruk daripada rata-rata sekolah, yaitu, apa yang membuat mereka lebih unggul. Dalam arti praktis, sekolah dengan siswa miskin lebih mungkin memperoleh manfaat dengan memahami mengapa mereka berada pada rata-rata, daripada mengetahui bagaimana mereka membandingkan dengan sekolah-sekolah luar biasa.
2.2 Tingkat Sosial Ekonomi dan Efektivitas
Sahabat yang budiman! Ada kekhawatiran mengenai beberapa strategi stratifikasi. Pertama, mungkin ada kesalahan dalam penilaian dari kelas sosial dan latar belakang kehidupan di rumah atau dalam rumus regresi statistik yang digunakan oleh beberapa penelitian ke sekolah outlier identitas dari massa besar data (Fetler & Carlson, 1985, dalam Klitgaard & Hall, 1974). Kedua, sekolah efektif seharusnya tetap melayani sebagian besar siswa yang berpenghasilan rendah dan minoritas siswa dapat menunjukkan nilai prestasi yang pada kenyataannya berada di bawah rata-rata kelas sekolah menengah (Armor et al., 1976). Ketiga, karakteristik sekolah dengan status sosial ekonomi rendah yang menggambarkan itu efektif mungkin memiliki generalisasi terbatas pada kelas sekolah menengah.
2.3 Sebagian Besar Penelitian yang Berada di Sekolah Dasar
Sahabat yang budiman! Sering dikutip salah satu masalah adalah bahwa sebagian besar penelitian tentang sekolah yang efektif tidak hanya telah dilakukan di sekolah dengan SES rendah, namun juga telah melibatkan sekolah dasar daripada sekolah menengah. Ada perbedaan penting antara sekolah dasar dan menengah dalam organisasi sekolah, guru, dan siswa yang dapat mempengaruhi variabel yang penting untuk meningkatkan efektivitas sekolah.
Guru SD terbentuk dari kelompok kerja. Oleh karena itu, jauh lebih mudah apabila baik bagi kepala sekolah untuk menggunakan pengaruh dan bagi guru untuk menyepakati fokus umum seperti keterampilan dasar di kompleks ini. Departemen yang berbeda menekankan tujuan yang berbeda, dan guru merupakan subjek spesialis.
Siswa juga berbeda antara sekolah dasar dan menengah dengan cara yang lebih dari sekedar ukuran, bentuk, dan tingkat pendidikan. Bondi dan Wiles (1986) menjelaskan beberapa perbedaan antara sikap dan prestasi sekolah menengah. Pendidik harus berhati-hati dalam memperluas temuan dari penelitian di tingkat SD ke pengaturan sekolah menengah.
2.4 Melakukan Satu atau Dua Nilai Penyetaraan Sekolah?
Sahabat yang budiman! Sebagai rincian penelitian yang mengikuti akan menunjukkan, penelitian-penelitian yang mempelajari sekolah efektif jarang meliputi seluruh sekolah (Romawi, Bossert, & Dwyer, 1983). Mereka lebih sering meneliti hanya satu atau dua subjek, hampir selalu membaca dan / atau menghitung. ada pertumbuhan luar biasa dalam kemampuan membaca di kelas satu sampai tiga dan biasanya penurunan dramatis dalam skor membaca dari keenam ke urutan ketujuh.
2.5 Hubungan Sebab Akibat
Sahabat yang budiman! Pendekatan ini di satu sisi membangun hubungan antara prestasi siswa dan kepemimpinan, iklim, dan faktor pengajaran di sisi lain. Studi eksperimental, di mana kelompok eksperimental guru atau kepala sekolah yang dilatih dalam teknik kepemimpinan atau mengajar, sementara kelompok tidak adanya kontrol memungkinkan peneliti untuk berprestasi lebih. Masalah sebab-akibat pembentukan harus menjadi perhatian untuk siapa pun yang tertarik dalam literature sekolah yang efektif.
Rowan, Bossert, dan Dwyer (1983) menyajikan contoh terkait lainnya, seperti yang kita lihat dalam Bab 2, sekolah yang efektif hampir selalu memiliki kepala sekolah yang merupakan pemimpin instruksional yang kuat, yang menunjukkan bahwa kita dapat meningkatkan efektivitas sekolah dengan memberikan pelatihan kepemimpinan intstruktional kepada kepala sekolah.
Berdasarkan hal tersebut, dianggap bahwa sebab-akibat dalam arah yang tampaknya masuk akal, yaitu sikap dan perilaku kepala sekolah dan guru di sekolah tertentu memang menyebabkan perbaikan perilaku dan prestasi siswa.
2.6 Mengidentifikasi Efektivitas Tidak Sama dengan Menciptakan Efektivitas
Sahabat yang budiman! Rowan, Bossert, dan Dwyer (1983) secara provokatif menyarankan bahwa prestasi tinggi benar-benar dapat menyebabkan efektivitas sekolah, bukan sebaliknya. Artinya, siswa dengan motivasi tinggi dan tingkat prestasi yang tinggi, karena mungkin untuk nilai-nilai keluarga dan rekan, membuat kebijakan dan prosedur yang ada di sekolah, terlepas dari apa mereka bisa tampak efektif.
D’Amico (1982) menawarkan ide terkait hal tersebut, yang menunjukkan bahwa masing-masing sekolah sukses mungkin terdiri dari kombinasi yang unik dan sangat istimewa dari administrator, guru, dan siswa. Jika hal ini terjadi, menurut D’Amico, sebuah sekolah yang efektif dapat menjadi model “hanya untuk dirinya sendiri” dan tidak dapat digandakan.
2.7 Perbedaan antara Sub Kelompok Mahasiswa
Sebagian besar penelitian memang menyelidiki tingkat pencapaian rata-rata untuk seluruh mahasiswa, sebuah praktek yang menyembunyikan perbedaan antara subkelompok siswa (Airasian, Kellaghan, & Madaus, 1979; Purkey & Smith, 1983). Ada kelompok-kelompok ekonomi etnis, geografis, maupun sosial yang berbeda prestasi dari rata-rata sekolah. Kesimpulan tentang variabel penting yang terkait dengan pencapaian rata-rata seharusnya dalam satu sekolah mungkin tidak berlaku untuk sub-kelompok, bukan sekolah lain yang sebagian besar terdiri dari mahasiswa dari sub kelompok yang sama.
2.8 Ukuran Efek Sekolah
Beberapa peneliti telah diambil untuk melihat statistik dari dekat (a) perbedaan prestasi yang diperoleh rata-rata antara sekolah outlier terpilih sebagai yang efektif dan mereka diidentifikasi sebagai tidak efektif dan (b) efek aktual rata-rata perbedaan sekolah pada prestasi individu siswa. Rowan, dan Denk (1982) dan Rowan, Bossert, dan Dwyer (1983) memperkirakan bahwa sekitar 50% dari perbedaan prestasi antara sekolah outlier yang efektif dan tidak efektif disebabkan oleh perbedaan nyata dalam faktor sekolah dan sekitar 50% adalah karena acak. Tentu, dampak dari penelitian efektivitas sekolah dalam program reformasi pendidikan saat ini menunjukkan bahwa beberapa reformis percaya efek sekolah menjadi sepele.
2.9 Tidak Ada Satu pun Formula Untuk Efektivitas
Sahabat yang budiman! Satu hal yang harus ditekankan bahwa tidak ada kombinasi tunggal dari variabel-variabel yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas setiap sekolah (Brookover et. Al., 1979). Tidak ada satu formula sederhana atau mudah untuk perakitan model (Purkey & Smith, 1983). Meskipun, ada konsistensi penelitian yang luar biasa dan memberikan pencerahan, bahwa setiap studi tunggal, pada kenyataannya menghasilkan daftar karakteristik sekolah yang sukses,namun keduanya saling tumpang tindih dan berbeda pendapat dari hasil studi yang lainnya.
Hal tersebut memang mengejutkan jika semuanya disusun: karakteristik guru yang efektif, kepala sekolah, dan warga sekolah yang sama dan jika mereka menerapkan untuk semua sekolah. Edmons (1979) menyatakan sekolah yang efektif, dengan iklim yang kondusif terutama dari lingkungan keluarga siswa miskin: (a) guru memiliki keterikatan atau pengabdian kepada semua siswa, (b) guru yang berdedikasi adalah guru yang berkomitmen efektif untuk semua siswa, atau (c) guru dan orang tua bersama-sama memegang tanggung jawab dalam prestasi siswa. Menurut Edmons, “Tidak ada satu model menjelaskan keefektivitasan sekolah untuk kelas miskin atau kelas-kelas sosial yang lainnya”.
Singkatnya, penelitian tentang sekolah yang efektif mungkin akan sedikit dihantui oleh filosofis atau metodologis. Meskipun, banyak yang tidak merekomendasikan untuk mencemari gerakan ini. Mungkin, semua peneliti dalam ranah ini sependapat bahwa sekolah-sekolah: struktur, organisasi, kepemimpinan, iklim, nilai-nilai, kebijakan, dan praktek, mempunyai peran penting pada prestasi siswa. Lebih lanjut, apa yang akan kita lihat, temuan yang berulang adalah sumber yang kuat dan petunjuk valid yang dapat membantu sekolah lain lebih efektif.
2.10 Penelitian Tentang Sekolah yang Efektif
Sahabat yang budiman! Ada dua pendekatan untuk menjelaskan prinsip dan karakteristik sekolah yang efektif. Kita dapat melampaui penelitian sebelumnya dan menunjukkan apa yang tampak menjadi temuan-temuan utama dari studi, yang telah dilakukan Squires, Huitt, dan Segars (1983) dan Blum (1984). Atau, kita dapat menjelaskan prosedur yang sebenarnya dan kesimpulan utama dari pengamatan penelitian, studi kasus, penelitian korelasi, studi eksperimen, dan program evaluasi yang telah dilakukan oleh Good, dan Brophy (1985), Purkey dan Smith (1983), dan Edmons (1979).
Kita dapat memilih melakukan keduanya. Melihat lebih mendalam akan pemahaman mengenai kelebihan dari penjelasan laporan penelitian ini, kita akan melihat empat sejarah penelitian proyek terkemuka. Penelitian ini akan diikuti dengan daftar temuan yang spesifik, prinsip-prinsip dan rekomendasi dari yang telah dikemukakan ke empat studi dan lainnya tersebut.
2.11 Empat Sekolah di Kota yang Efektif
Sahabat yang budiman! Salah satu dari penelitian pertama mengenai sekolah yang efektif, dan tentunya kota yang paling luas, adalah studi kasus analisis empat sekolah di kota yang efektif oleh Weber (1971). Penelitiannya adalah dalam merespon langsung untuk mempopulerkan kesimpulan dari laporan Coleman, seperti kelas sosial rendah, pendapatan rendah, minat membaca buku rendah, kebutuhan untuk mencapai prestasi rendah, dan model memadai yang terdiri dari penjelasan anak-anak miskin untuk mencapai yang memadai. Weber memilih kemampuan membaca sebagai standar atau ukuran kesuksesan sekolah, karena ketidakmampuan membaca dengan baik akan menghambat siswa dalam memasuki dunia ahli dan memaksa mereka menjadi pekerja dengan bayaran yang rendah atau sama dengan pengangguran. Seperti yang kita lihat dalam bab 1, bukan hanya kemampuan membaca yang dikupas secara kritis, namun juga ukuran membaca.
Weber menghabiskan waktu satu tahun secara hati-hati dalam mengidentifikasi sekolah-sekolah dasar yang patut dicontoh dengan bertanya kepada pegawai sekolah, penerbit, ahli membaca, untuk menunjuk mana yang sukses dalam mengajar membaca. Dari 95 yang dicalonkan, 17 sekolah di tujuh kota besar menemukan tiga kriteria untuk menjadi pusat sekolah kota, yaitu mempunyai program membaca yang sukses, dan kepala sekolah yang bersedia berpartisipasi atau ikut ambil bagian dalam belajar.
Setelah evaluasi lebih lanjut dengan 32 soal, 15 menit tes kemampuan membaca sederhana Bahasa Inggris Amerika, Weber menyisihkan 6 sekolah dalam standar kesuksesan membaca. Tujuh yang lain yang telah tersisih karena tidak berhasil mencapai standar dalam kota, ditinggalkan oleh empat sekolah dalam kota yang dihadiri oleh siswa miskin yang belum berhasil dalam program membaca. Nilai rata-rata membaca kelas tiga dari empat sekolah sama atau melebihi standar nasional, dan persentase bukan pembaca yang biasanya rendah untuk sekolah serupa.
Sahabat yang budiman! Weber dengan hati-hati mengakui bahwa setiap sekolah melakukan banyak hal dengan berbeda, maka tidak mungkin untuk memastikan salah satu karakteristik yang dapat dipertanggung jawabkan untuk prestasi unggul dari empat sekolah keseluruhan selain sekolah-sekolah dalam kota. Meskipun demikian, Weber menyebutkan delapan karakteristik yang dapat mendukung program membaca mereka: 1). Kepemimpinan yang kuat, yang mana suatu sekolah berada dibawah pengawasan. Pemimpin merupakan instrumen yang mengatur warna (iklim) sekolah, membantu merencanakan strategi material bahan-bahan pelajaran, mengorganisasi dan mendistribusikan semua sumber daya sekolah untuk memudahkan dalam mencapai tujuan akademik.2). Harapan yang tinggi, yang mana Weber mencatat bahwa kesuksesan sekolah saja tidak cukup, tetapi yang pasti adalah kebutuhan. 3). Atmosfir dalam perintah, dengan maksud tertentu, nyaman, senang dalam mengajar, dan cukup tenang.4).Penekanan yang kuat dalam tambahan keahlian membaca. 5). Penilaian kemajuan siswa secara hati-ha
ti dan sering.6). Penggunaan “phonic” : berenaan dengan bunyi.8).Pengajaran individual dalam pengertian untuk mempunyai perhatian yang tinggi dalam setiap kemajuan siswa, dan jika diperlukan, memodifikasi tugas siswa (bukan pengertian membatasi dalam membimbing setiap siswa secara bebas).
2.12 Menggunakan tambahan personil membaca.
Pemimpin sekolah yang efektif Ronald Edmonds (1979) kemudian memilih tidak “mengesahkan dan megikuti” tiga faktor terakhir (phonics, individualisasi, penambahan personil membaca) “karena penelitian berikutnya tidak membenarkan relevansinya dengan kepemimpinan, penghargaan, tekanan membaca, dan penilaian”. Karakteristik sisanya (urutan 1-5) adalah turunan model Edmons (1979, 1982), yang mana beberapa sekolah dengan sukses mengadopsi untuk memperbaiki kefektifan dalam pelajaran (e.g., Clark & McCarthy, 1983; McCormarck-Larkin & Kritek, 1983).
Weber juga mengidentifikasi beberapa faktor yang tidak begitu penting: ukuran kelas yang kecil, penggolongan prestasi, dan fasilitas fisik (tidak ada bangunan baru, sangat tua). Itu membantu mengetahui apa yang tidak masuk hitungan.
Weber mendatangi kembali dua sekolah, dua tahun kemudian, menemukan bahwa ada sedikit peningkatan efektivitas saat yang lain memburuk dan tidak lebih lama sebagai golongan yang efektif. Pelajarannya adalah bahwa kondisi efektivitas mungkin sementara, hal tersebut mungkin berganti seperti kepala sekolah, guru, atau pergantian kelompok siswa (Good & Brophy,1985).
Menurut arah kritis ini, Purkey dan Smith (1983) dan Good dan Brophy (1985) mencatat bahwa Weber harus memasukkan kelompok perbandingan dari sekolah yang kurang berhasil untuk membantu mencapai salah satu dari karakteristik efektivitas. Berdasarkan hal tersebut, dia tidak bisa memastikan apakah sekolah-sekolah yang kurang berhasil mungkin sudah melakukan beberapa hal yang sama. Good dan Brophy lebih jauh mencatat bahwa Weber gagal menjelaskan sebenarnya mengapa satu program sekolah memburuk, yang mana tetap dapat menerangi.
Salah satu sisi baiknya adalah, studi Weber yang terdahulu memperkuat bahwa sekolah yang efektif sungguh ada, dan dia mengilhami banyak pengikut untuk mencari karakteristik sekolah yang berhasil. Seperti yang akan kita lihat, dalam daftarnya, khususnya karakteristik kepemimpinan, penghargaan, atmosfer, tekanan utama, dan pemantauan kemajuan, tahan saat uji panduan ciri inti dari sekolah yang efektif.
2.13 Mencari Sekolah yang Efektif
Disusul Ronald R. Edmonds juga pelopor gerakan persekolahan efektif yang diakui. Petunjuk pecariannya dalam proyek sekolah yang efektif hanya menghasilkan sedikit, namun mempengaruhi daftar karakteristik yang telah menjadi acuan dalam banyak perbaikan program sekolah (Lihat lampiran 3-1).Edmons (1979, 1982) dan Lezzote, Edmons, dan Ratner (1974) mempelajari kembali sekolah yang miskin pelayanan, kebanyakan minoritas, anak-anak dalam kota, pada waktu itu di Detroit, Michigan. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing kategori karakteristik khusus dari sekolah yang efektif.
2.13.1 Praktek Manajemen Kelas yang Baik
Karakteristik yang konsisten dari sekolah efektif adalah bahwa guru menjaga keseimbangan yang baik antara keterampilan manajemen kelas dan pembelajaran mereka. Secara singkat, prestasi tinggi dikaitkan dengan pihak guru, menyadari sesuatu yang akan meyakinkan bahwa siswa mengetahui guru. Guru juga harus akurat dalam target dan waktu teguran. Artinya, orang yang tepat harus ditegur, dan segera. Target dan waktu pujian juga penting. Lainnya adalah Kepala sekolah yang telah dikonfirmasi berulang kali adalah bahwa transisi lancar, bebas, cepat, dan gangguan berkurang antara kegiatan yang berhubungan dan penyimpangan serta prestasi yang lebih tinggi. Juga, berbagai kegiatan, media, lokasi, dan tingkat pemikiran memelihara pemuas motivasi, minat dan kebosanan.
Prinsip lain manajemen yang baik adalah untuk memulai kelas secara cepat dan dengan tujuan tertentu, dengan tugas – tugas dan kegiatan – kegiatan diatur sedemikian rupa dan persiapan perlengkapan/ bahan – bahan dari tugas maupun kegiaan tersebut. Pendekatan semacam itu tidak hanya menghindari membuang-buang waktu, tetapi menekankan tujuan akademik kelas. Penyerahan rutin urusan administrasi dengan cepat dan efisien juga meminimalisir gangguan dan akan meningkatkan waktu belajar. Iklim akademik kelas dapat ditingkatkan lebih lanjut dengan mempertahankan suasana kelas tertib dan menyenangkan serta suasana kelas yang menekankan tujuan dan kondusif untuk belajar. Ketertiban dibantu dengan memiliki kode yang ditulis, dipahami oleh staf, siswa, dan orang tua, yang menentukan standar baik yang tinggi untuk perilaku yang dapat diterima dan konsekuensi dari perilaku disiplin siswa. Aturan diajarkan dan diterima dari awal semester.
Jika diperlukan, kedisiplinan yang diberikan dengan cepat, dengan cara yang sesuai dengan aturan, dan merata bagi semua siswa. Disiplin adalah netral, nyata, dan terfokus pada perilaku buruk, bukan orangnya. Dengan pendekatan seperti itu, perlakuan wajar yang diharapkan semua orang akan datang. Penghinaan siswa yang harus dihindari, seperti pemodelan kekerasan.
2.13.2 Keterlibatan dalam Kegiatan Akademik yang Tinggi
Sahabat yang budiman! Kalender sekolah dan kegiatan sekolah dapat dijadwalkan untuk meminimalkan kerugian dari waktu belajar di kelas. Administrator dan guru harus mengajukan pertanyaan seperti berikut:
Apakah liburan, istirahat musim semi, pertemuan antara orang tua – guru, dan pertemuan perencanaan dengan dewan guru, sehingga jumlah hari kelas yang ditetapkan oleh departemen pendidikan tetap terjaga? Apakah perlu bagi atlet sekolah yang ketinggalan 1 atau 2 jam pelajaran untuk mengganti karena mengikuti pertandingan ?Harukah latihan teater menggantikan waktu kelas? Praktek menarik siswa dari kelas reguler untuk kegiatan non akademis harus dipantau dan diminimalkan. Keterlibatan akademis dibantu ketika kelas dan kegiatan lainnya mulai dan berakhir tepat waktu. Guru yang efektif mengatur dan menjaga kecepatan yang cepat dan konsisten dengan belajar menyeluruh. Waktu penggunaan pedoman dan alokasi waktu (prioritas) antara subyek harus ditetapkan dan diikuti, dengan guru menggunakan start jelas dan menghentikan isyarat untuk membantu kecepatan pelajaran dalam pedoman waktu.
Beberapa sekolah dan guru, terutama mereka dengan orientasi penguasaan, telah mengadopsi kebijakan bahwa jika siswa tidak menyelesaikan tugas mereka selama waktu pembelajaran di kelas, maka mereka dapat menggunakan waktu di luar kelas. Misalnya, siswa dapat bekerja pada pelajaran saat makan siang atau sebelum atau setelah sekolah dalam rangka mempertahankan tingkat tinggi penguasaan.
2.14 Pemantauan Kemajuan Siswa
Sahabat yang budiman! Jika staf sekolah serius tentang meningkatkan prestasi siswa, prestasi yang harus diawasi secara ketat melalui hasil tes, laporan kelas, catatan kehadiran, dan metode lainnya, dan perubahan harus dilakukan dalam prosedur sekolah dan program instruksional untuk memenuhi kebutuhan yang diidentifikasi dan kelemahan. Pemantauan tersebut dapat mencakup praktek-praktek berikut: 1). Memegang tanggung jawab siswa atas pekerjaan mereka. 2). Pemantauan belajar siswa melalui pengamatan informal dan kontak.3). Mengembangkan dan menggunakan rutinitas sederhana dan efisien untuk mengumpulkan, meringkas, dan melaporkan data prestasi yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran. 4). Membangun dan memperbarui catatan individu mahasiswa dan ringkasan kelompok secara berkala. Kedua data individu dan skor untuk kelas dan nilai ditinjau dari waktu ke waktu untuk mendeteksi perubahan. 5).Hasil penilaian dengan menggunakan hasil untuk mengevaluasi efektivitas metode mengajar.6).Mendorong orang tua untuk memantau kemajuan siswa.
2.15 Perbaikan Pembelajaran sebagai Prioritas Sekolah
Sebagaimana telah kita lihat, dedikasi staf tinggi untuk meningkatkan program pembelajaran terkait erat dengan iklim akademis, harapan bahwa semua siswa dapat belajar, dan praktek kepemimpinan yang bertujuan untuk meningkatkan metode dan program pembelajaran. Tujuan perbaikan staf pembelajaran yang kuat secara konsisten berkaitan dengan keefektifan sekolah. Dedikasi ini untuk peningkatan pengajaran meliputi menetapkan tujuan dan prioritas untuk meningkatkan kinerja siswa yang sesuai dengan pedoman, tujuan masyarakat, dan konsepsi tingkat bangunan sekolah yang baik adalah, strategi perbaikan pembelajaran yang dirancang untuk mencapai tujuan tersebut. Bagi para guru merasa komitmen untuk perbaikan pembelajaran, mereka harus diberdayakan untuk merencanakan membawa mereka keluar. Rencana diberi prioritas tinggi dan visibilitas, dan pelaksanaannya dipantau secara seksama oleh para guru dan administrator. Dukungan dan partisipasi oleh guru juga dipantau, komitmen harus dibuat dan konsisten ditindaklanjuti. Guru dih
arapkan untuk memenuhi standar pembelajaran yang tinggi. Semua orang, dari pengawas daerah kepada siswa terkecil, harus menerima bangsa bahwa sekolah ada sebagai tempat untuk belajar.
2.16 Sasaran Dan Tujuan Jelas
Sahabat yang budiman! Memiliki tujuan yang jelas dan tujuan yang erat terkait dengan semua fitur lain dari sekolah efektif. Baik praktek manajemen, keterlibatan tugas tinggi, pemantauan kemajuan, kepemimpinan pembelajaran, harapan keberhasilan, dan perbaikan pembelajaran sebagai prioritas tinggi semua menggabungkan dalam upaya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang wajar. Perhatikan bahwa ada hubungan yang jelas antara tujuan pembelajaran (di mana Anda ingin pergi), kegiatan pembelajaran (bagaimana menuju ke sana), dan evaluasi pembelajaran siswa (bagaimana tahu Anda telah tiba).
Menetapkan tujuan yang jelas, mengembangkan serta memprioritaskan mereka sesuai dengan area dan membangun tingkat pedoman. Guru meninjau, memilih, menyetujui tujuan dan mengatur mereka ke dalam unit atau pelajaran sesuai dengan jadwal. Mereka juga cocok dengan sumber daya pembelajaran dan kegiatan mengajar dengan tujuan dan merekam informasi ini dalam rencana pelajaran. Alternatif sumber daya dan kegiatan juga direncanakan. Setelah pelajaran yang telah diajarkan, guru meninjau dan memodifikasi sumber daya dan kegiatan dalam rangka untuk meningkatkan efektivitas mereka.
Dengan menyadari pentingnya upaya peningkatan mutu dan efektifitas sekolah dapat (dan memang tepat) dilakukan melalui pengawasan. Atas dasar itu maka kegiatan pengawasan harus difokuskan pada perilaku dan perkembangan siswa sebagai bagian penting dari: kurikulum/mata pelajaran, organisasi sekolah, kualitas belajar mengajar, penilaian/evaluasi, sistem pencatatan, kebutuhan khusus, administrasi dan manajemen, bimbingan dan konseling, peran dan tanggung jawab orang tua dan masyarakat (Law dan Glover 2000). Lebih lanjut Ofsted (2005) menyatakan bahwa fokus pengawasan sekolah meliputi: (1) standard dan prestasi yang diraih siswa, (2) kualitas layanan siswa di sekolah (efektifitas belajar mengajar, kualitas program kegiatan sekolah dalam memenuhi kebutuhan dan minat siswa, kualitas bimbingan siswa), serta (3) kepemimpinan dan manajemen sekolah.
Dari uraian di atas dapat dimaknai bahwa kepengawasan merupakan kegiatan atau tindakan pengawasan dari seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang melakukan pembinaan dan penilaian terhadap orang dan atau lembaga yang dibinanya. Seseorang yang diberi tugas tersebut disebut pengawas atau supervisor. Dalam bidang kependidikan dinamakan pengawas sekolah atau pengawas satuan pendidikan. Pengawasan perlu dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara berkesinambungan pada sekolah yang diawasinya.
Sahabat yang budiman! Sekolah yang efektif (unggul) merupakan sekolah yang memilliki ukuran tingkat kesesuaian antara hasil yang dicapai (achievements, observed outputs) dengan target hasil yang telah ditetapkan. Efektivitas dapat diukur dengan indikator peningkatan mutu lulusan, tingkat kehadiran guru dan siswa, kerja sama tim dalam meningkatkan mutu pembelajaran, maupun tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan. Efektif bermakna mencapai tujuan. Oleh karena itu, pada sekolah efektif terdapat sejumlah tujuan, indikator pencapaian tujuan, dan kriteria atau target pencapaian. Suatu sekolah dikatakan efektif apabila memenuhi 5 kategori karakteristik khusus dari sekolah yang efektif, meliputi: (1) Praktek manajemen kelas yang baik, (2) Keterlibatan akademik tinggi, (3) Pemantauan kemajuan siswa, (4) Perbaikan pembelajaran sebagai prioritas sekolah, dan (5)Tujuan dan sasaran yang jelas. Namun demikian, masing-masing sekolah sukses mungkin terdiri dari kombinasi yang unik dan sangat istimewa dari administrator, guru, dan siswa,
seperti yang dinyatakan oleh D’Amico, bahwa sebuah sekolah yang efektif dapat menjadi model “hanya untuk dirinya sendiri” dan tidak dapat digandakan.
Referensi:
Davis, A. Gary & Thomas A. Margaret. 1994. Effective Schools and Effective Teachers. Boston, London, Sdney, Toronto: Allyn and Bacon.
Nur, Anan. 2011. Sekolah Efektif, (Online), (http://anan-nur.blogspot.com/2011/08/sekolah-efektif.html), diakses 25 Februari 2013.
Rahmad. 2011. Peran Pengawas: Memfasilitasi Sekolah Meraih Keunggulan, (Online), (http://gurupembaharu.com/home/peran-pengawas-memfasilitasi-sekolah-meraih-keunggulan/), diakses 09 Maret 2013.
Pora, Yusran. 2004. Selamat Tinggal Sekolah. Yogyakarta:Media Pressindo
Wibisino, Agus. 2010. Efektif dan Efisiensi, (Online), (http://aguswibisono.com/2010/efektif-dan-efisien/, diakses 13 April 2012)
3 Comments
Betul
ReplyDeletemasama gan
ReplyDeleteSuka bacanya
ReplyDelete