A. Belajar dengan mengerjakan (Learning by Doing)
Anak-anak merupakan subjek didik yang belum tentu memiliki sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu. Pada diri anak-anak belum tentu timbul keinginan mutlak untuk menambah pengetahuan dalam meningkatkan kinerja ataupun dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Anak-anak juga belum tentu termotivasi untuk belajar, walaupun mereka menyadari bahwa sebenarnya ada kebutuhan (felt needs) untuk memecahkan masalah yang dihadapi didalamnya.
Berbeda dengan orang dewasa, mereka telah memiliki sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu. Begitu juga keinginan untuk menambah pengetahuan dalam meningkatkan kinerja demi meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Proses pembelajaran dalam dinamika kelompok tentu akan sangat mudah apabila diterapkan dalam pembelajaran orang dewasa seperti dalam kegiatan pendidikan dan latihan (diklat), workshop, seminar, kuliah ataupun kegiatan pengembangan diri lainnya.
Sekelompok orang dewasa yang sedang berada dalam pembelajaran disamping telah memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu, mereka juga memiliki latar belakang yang berbeda dan bervariasi. Orang dewasa apabila dikelompokkan menjadi satu kelas pembelajaran maka mereka sebenarnya merupakan narasumber bagi yang lainnya dalam proses pembelajaran tersebut.
Pembelajaran pun bersifat tukar menukar pengalaman (sharing experience). Orang dewasa cenderung mempelajari hal-hal praktis dan tidak semata hal yang teoritis. Orang dewasa akan belajar efektif, apabila pada saat mempelajari sesuatu langsung sambil mempraktekkannya (learning by doing).
Lantas bagaimanakah apabila proses pembelajaran dalam dinamika kelompok diterapkan pada jenjang anak sekolah. Efektif kah bagi mereka? Jawabannya tentu tergantung sebagai guru yang merupakan fasilitator dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Dan tentu dengan rasa optimisme yang tinggi semua itu dapat dilaksanakan dengan baik.
Proses pembelajaran dalam dinamika kelompok sebenarnya merupakan pembelajaran yang menganut prinsip pembelajaran yang langsung mengerjakan dan langsung mengalaminya (learning by doing), yang akhirnya diharapkan pada hasil “ Saya kerjakan dan saya mengerti”.
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, maka tingkat percepatan kemampuan anak dalam mengolah dan menganalisis suatu materi pelajaran juga meningkat secara signifikan. Mereka juga ternyata mampu menghubungkan yang baru dipelajarinya dengan pengetahuan yang telah mereka kuasai, pengalaman yang telah dijalani, sikap yang sudah tertanam kemampuan yang tersedia dan kerangka yang dipikir dalam bekerja.
Selanjutnya, bagaimana memulai proses pembelajaran dalam dinamika kelompok pada level anak-anak. Sama halnya dengan orang dewasa, maka pendekatan dalam proses pembelajaran dalam dinamika kelompok menggunakan pendekatan siklus Daur Belajar Melalui Pengalaman (Experiential Learning Cycle). Adapun siklus daur belajar melalui pengalaman tersebut pada siklus berikut ini.
B. Siklus Daur Belajar Melalui Pengalaman
Urutan tahapan Siklus daur belajar melalui pengalaman dimulai dari:
1. Mengalami (experiencing).
Peserta didik dilibatkan dalam satu simulasi (situasi buatan yang bisa diamati) bersama kelompoknya. Situasi buatan ini dapat diambil dari kehidupan nyata, situasi unit, situasi imaginative, atau situasi belajar lainnya yang sengaja diciptakan.
Dalam situasi tersebut peserta didik akan bersikap, berbicara dan berperilaku tertentu. Perilaku ini dapat dicatat oleh guru, pengamat khusus atau temannya sendiri. Setelah mereka mengalami, dilakukan kilas balik untuk mengingat kembali pengalaman mereka yang baru saja dilaluinya dilengkapi dengan laporan dari pengamat. Guru yang memandu proses tersebut.
2. Mengungkapkan (Publishing)
Pada urutan kedua, para siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya dan bertukar pikiran dan perasaan dengan anggota kelompok lainnya. Latar belakang pengalaman, kemampuan, bidang tugas yang berbeda dan bervariasi memperkaya pengalaman dan wawasan semua peserta didik.
Agar siswa dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara lebih baik guru juga membantu dalam proses.
3. Mengolah (Analysing).
Semua data yang telah diungkapkan dikumpulkan, dicatat, diolah, didiskusikan dan dievaluasi. Mengapa satu perilaku ada perbedaan reaksi, mengapa satu kelompok gagal dan mengapa kelompok lainnya berhasil. Semuanya ini dapat dianalisis dan dapat didiskusikan.
4. Menggeneralisasi (Generalization).
Dari hasil analisis pengalaman peserta didik, mereka diminta mencoba menyimpulkan pengalamannya, membuat generalisasi. Adapun maksud membuat generalisasi adalah agar pengalaman yang diungkapkan dan dianalisis menjadi “pelajaran” bagi peserta didik untuk lebih siap dapat mengubah perilaku menjadi lebih baik.
5. Menerapkan Prinsip
Sebagai tahap akhir dari siklus daur belajar melalui pengalaman adalah analisis kemungkinan menerapkan prinsip (generalisasi) yang ditemukan dalam situasi baru atau pada kondisi kerja di unit kerja masing-masing.
Tahap ini sangat penting, karena tanpa penerapan prinsip belajar yang ditemukan, belajar melalui pengalaman akan tidak mempunyai arti dan mungkin tidak terjadi perubahan perilaku pada diri peserta yang bersangkutan. Untuk dapat melihat kemungkinan menerapkan prinsip pada situasi baru guru memandu proses tersebut.
C. Penilaian Kegiatan dalam Dinamika Kelompok
Kegiatan penilaian dinamika kelompok terutama bertujuan untuk memperoleh gambaran deskriptif tentang perkembangan kelompok, baik secara individual maupun kelompok secara keseluruhan. Hasil penilaian dapat dijadikan bahan masukan bagi penyelenggara ataupun guru lain dalam pemilihan pengurus OSIS ataupun pembentukan kelompok diskusi, pembentukan kelompok pembuatan makalah, pembinaan peserta secara individual dan lain sebagainya.
Yang perlu diingat, dinamika tidak berhenti pada saat mata diklat dinamika kelompok berakhir, akan tetapi terus berlanjut sampai sampai suatu diklat berakhir bahkan dampaknya berlanjut sampai peserta kembali ke tempat kerjanya masing-masing.
Proses dinamika kelompok mulai dari individu sebagai pribadi yang masuk kedalam kelompok dengan latar belakang keluarga, pengalaman kesan dikelas, hobby, cita-cita, managemen waktu dan lain sebagainya dari satu siswa ke siswa lain. Mereka akan saling bertukar pengalaman dan cerita.
Bisa jadi selama ini para siswa tidak saling mengenal lebih dalam satu sama lain. Mereka cenderung fokus belajar tanpa mengenal lingkungan sekitarnya. Mereka masih beku dan kaku layalknya es yang membeku.
Dengan kegiatan ini maka individu yang bersangkutan berupaya untuk mengenal individu lainnya. Es yang membeku sedikit demi sedikit mencair, dan inilah yang dinamakan “ice breaking”. Melalui berbagai diskusi kelompok, yang kadang memanas terjadilah proses “storming” dan kemudian terbentuk kelompok kecil atau kelompok kelas terbentuk sikap baru dan perubahan perilaku.
Dinamika kelompok dalam proses “forming”. Dalam setiap kelompok harus ada aturan main yang disepakati bersama oleh semua anggota kelompok dan pengetur perilaku semua anggota kelompok. Proses ini adalah “norming”. Atas dasar inilah individu dan kelompok melakukan berbagai kegiatan atau “ performing.
Proses dinamika kelompok dimulai dari:
D. Aspek Penilaian dalam Dinamika Kelompok
Aspek-aspek dinamika kelompok yang dinilai meliputi:
1. Pengenalan terhadap diri sendiri
2. Pengenalan terhadap orang lain
3. Keterbukaan, mau mendengarkan orang lain, terbuka terhadap pendapat dan saran orang lain.
4. Disiplin dan memiliki rasa tanggung jawab besar
5. Secara suka rela bersedia berpartisipasi dalam kegiatan dinamika kelompok.
6. Lancar berkomunikasi dengan anggota kelompok lainnya.
7. Mampu bekerjasama dengan orang lain dan mampu bekerja dalam tim (team work)
8. Mau dan bersedia menghargai pikiran dan pendapat orang lain
9. Mampu mengendalikan diri
10.Mampu serta bersedia untuk menerima umpan balik (feedback) dari kolega, atasan ataupun bawahan.
D. Cara memberi Penilaian dalam Dinamika Kelompok
Cara penilaian dengan menggunakan skala penilaian, yaitu Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), Kurang (K) dan Sangat Kurang (SK). Penentuan penilaian sepenuhnya diserahkan pada pertimbangan (judgement) fasilitator yang mengamati kegiatan peserta dalam berdinamika kelompok.
Untuk peserta yang menonjol, baik positif maupun negatif diberikan catatan khusus kira-kira sebanyak 25%. Hal ini penting untuk ditindak lanjuti baik oleh penanggug jawab kegiatan, maupun oleh fasilitator yang diberi tanggung jawab untuk itu.
Format penilaian hasil kegiatan dinamika kelompok adalah sebagai berikut:
b. Format penilaian dinamika kelompok seperti tercantum berikut ini:
Referensi :
Ratna Sri dan Murtini Sri, (2009), Dinamika Kelompok (Modul Pendidikan dan Pelatuhan PRAJABATAN GOLONGAN III : Jakarta, Lembaga Administrasi Negara
0 Comments